Karakteristik Bahan Makanan
PANGAN
PENGUKURAN MUTU PANGAN DENGAN ALAT
Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi
kehidupan setiap makhluk, khususnya manusia yang telah memilih macam tumbuhan
dan hewan yang mudah dipelihara, mudah diolah, mudah disimpan dan diawetkan,
serta mempunyai manfaat yang paling banyak; rasanya yang enak dan wangi.
Pembangunan pangan merupakan
pengembangan sistem pangan yang meliputi kegiatan produksi, pengolahan,
distribusi dan pemasaran, keterlibatan pelaku ekonomi dan kebijakan pemerintah.
Pembangunan ini dipadukan dengan perbaikan gizi untuk menjamin adanya ketahanan
pangan dan keamanan pangan. Hal lainnya untuk mengembangkan diversifikasi
pangan yang memperhatikan faktor-faktor seperti harga, penampakan atau
kesegaran, rasa atau selera, mutu gizi dan kaitannya dengan kesehatan atau
penyakit tertentu.
Pangan merupakan segala sesuatu yang
berasal dari sumber hayati (organik), serta air dan bahan tambahan makanan (non
organik), baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai
makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan,
bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan,
pengolahan dan atau pembuatan makanan atau minuman. Dalam konteks sistem pangan
diartikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan pengaturan, pembinaan dan
atau pengawasan terhadap kegiatan atau proses produks pangan dan peredaran
pangan sampai dengan siap dikonsumsi manusia. Sistem pangan mencakup keamanan
pangan, mutu pangan, gizi pangan dan perdagangan pangan.
Perdagangan pangan adalah setiap
kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam rangka pengenalan dan atau pembelian
pangan, termasuk penawaran untuk menjual pangan dan kegiatan lain yang berkenan
dengan pemindahtanganan pangan dengan memperoleh imbalan. Dalam hal ini
berperan label pangan dan iklan pangan.
KARAKTERISTIK
BAHAN PANGAN
Karakteristik pangan dalam arti luas
dapat digambarkan atas sumber, pemanfaatan, sifat-sifat fisik bahan dan
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap preferensi pangan. Khusus tentang
sifat-sifat fisik bahan pangan berperan dalam pengendalian proses yang
didasarkan atas perhitungan-perhitungan untuk bahan pangan khas Indonesia belum
diteliti secara lengkap dan mendalam, diantaranya pengukuran laju difusi air,
sifat struktur bahan, proses termal, panas jenis, sifat-sifat reologi,
pembentukan regangan dan tekanan, pengaruh komponen bahan dan ukuran diameter
partikel, serta pendugaan sifat-sifat elastisitas bahan.
BAHAN
PANGAN HEWANI
Bahan pangan hewani yang bersumber dari
hewan besar menghasilkan produk utama seperti daging dan karkas. Daging
sebagai bagian dari tubuh (jaringan otot, jaringan lemak dan jaringan ikat)
yang terdiri dari air dan bahan-bahan dari ternak yang dalam keadaan sehat dan
cukup umur untuk dipotong tidak mengandung tulang, tersusun atas
serabut-serabut otot yang sejajar dan terikat bersama-sama oleh suatu jaringan
ikat, komposisi kimia tergantung dari spesis rawan, kondisi hewan, jenis
daging, karkas, proses pengawetan, penyimpanan dan metode pengepakan.
Daging yang dapat dikonsumsi adalah
daging yang berasal dari hewan yang sehat. Saat penyembelihan dan pemasaran
berada dalam pengawasan petugas rumah potong hewan serta terbebas dari
pencemaran mikroorganisme. Secara fisik, kriteria atau ciri-ciri daging yang
baik adalah berwarna merah segar, berbau aromatis, memiliki konsistensi yang
kenyal dan bila ditekan tidak terlalu banyak mengeluarkan cairan.
Daging sebagai sumber protein hewani
memiliki nilai hayati (biological value) yang tinggi, mengandung 19% protein,
5% lemak, 70% air, 3,5% zat-zat non protein dan 2,5% mineral dan bahan-bahan
lainnya (Forrest et al. 1992). Komposisi daging menurut Lawrie (1991) terdiri
atas 75% air, 18% protein, 3,5% lemak dan 3,5% zat-zat non protein yang dapat
larut. Secara umum, komposisi kimia daging terdiri atas 70% air, 20% protein,
9% lemak dan 1% abu. Jumlah ini akan berubah bila hewan digemukkan yang akan
menurunkan persentase air dan protein serta meningkatkan persentase lemak
(Romans et al. 1994). Daging merupakan sumber utama untuk mendapatkan asam
amino esensial. Asam amino esensial terpenting di dalam otot segar adalah
alanin, glisin, asam glutamat, dan histidin.
Daging sapi mengandung asam amino
leusin, lisin, dan valin yang lebih tinggi daripada daging babi atau domba.
Pemanasan dapat mempengaruhi kandungan protein daging. Daging sapi yang
dipanaskan pada suhu 70oC akan mengalami pengurangan jumlah lisin menjadi 90
persen, sedangkan pemanasan pada suhu 160oC akan menurunkan jumlah lisin hingga
50 persen. Pengasapan dan penggaraman juga sedikit mengurangi kadar asam amino.
Kandungan lemak pada daging menentukan
kualitas daging karena lemak menentukan cita rasa dan aroma daging. Keragaman
yang nyata pada komposisi lemak terdapat antara jenis ternak memamah biak dan
ternak tidak memamah biak adalah karena adanya hidrogenasi oleh mikroorganisme
rumen (Soeparno 1998). Lawrie (1991) menyatakan lemak sapi kaya akan asam
stearat, asam palmitat dan asam oleat. Protein daging terdiri dari protein
sederhana dan protein terkonjugasi.
Berdasarkan asalnya protein dapat
dibedakan dalam 3 kelompok yaitu protein sarkoplasma, protein miofibril, dan
protein jaringan ikat. Protein sarkoplasma adalah protein larut air karena
umumnya dapat diekstrak oleh air dan larutan garam encer. Protein miofibril
terdiri atas aktin dan miosin, serta sejumlah kecil troponin dan aktinin.
Protein jaringan ikat ini memiliki sifat larut dalam larutan garam. Protein
jaringan ikat merupakan fraksi protein yang tidak larut, terdiri atas protein
kolagen, elastin, dan retikulin.
Karkas adalah daging yang belum
dipisahkan dari tulang kerangkanya, pemotongan karkas menghasilkan
bagian-bagian daging yang berbeda mutunya, yang mana menimbulkan perbedaan
harga dan cara pengolahannya. Tahapan memperoleh karkas adalah inspeksi ante
morten, penyembelihan, pemutusan darah, dressing dan inspeksi pasca morten.
Daging unggas merupakan bahan pangan
yang baik, karena serat-seratnya pendek dan lunak. Ayam penghasil daging adalah
ayam kampung, ayam ras dan ayam apkir. Daging unggas memiliki struktur otot
daging yang serupa dengan hewan mamalia. Tetapi dengan perbedaan pada serat
daging yang lebih pendek dan lunak, serta jaringan ikat lebih tipis. Itik
penghasil daging adalah itik manila dan belibis.
Karkas pada unggas meliputi otot,
lemak, tulang dan kulit. Daging ikan bersumber dari ikan laut, ikan darat dan
ikan migrasi yang berdasarkan komposisinya disusun atas daging merah dan daging
putih komposisi kimia daging tergantung pada jenis atau spesies, umur, jenis
kelamin, musim, daerah kehidupan, jenis makanan sebagai faktor biologi
(instrinsik) dan yang tersedia sebagai faktor alami (ekstrinsik).
BAHAN
PANGAN NABATI
Bahan pangan nabati bersumber dari
sayuran, buah-buahan, serealia dan kacang-kacangan. Sayuran sebagai tanaman
hortikultura memiliki umur kurang dari satu tahun dan merupakan tanaman musiman
yang mempunyai arti penting dalam menambah variasi pada makanan, disamping
kontribusi sebagai mineral (B1, Ca dan Fe) dan vitamin (A dan C). Warnanya
ditentukan oleh kandungan zat warna yang disebut khlorofil, karotenoid dan
flavonoid. Warna tersebut dapat dijadikan indikasi kesegaran dalam konsumsi.
Buah-buahan merupakan produk yang dikonsumsi sebagai pencuci mulut, karena mengandung vitamin C, pro vitamin A, vitamin B1 dan mineral seperti Ca dan FE. Komposisi kimia pada buah-buahan dipengaruhi oleh varietas, keadaan iklim tempat tumbuh, pemeliharaan tanaman, cara penanaman, tingkat kematangan waktu dipanen, kondisi selama pemesanan dan penyimpanan,
Buah-buahan merupakan produk yang dikonsumsi sebagai pencuci mulut, karena mengandung vitamin C, pro vitamin A, vitamin B1 dan mineral seperti Ca dan FE. Komposisi kimia pada buah-buahan dipengaruhi oleh varietas, keadaan iklim tempat tumbuh, pemeliharaan tanaman, cara penanaman, tingkat kematangan waktu dipanen, kondisi selama pemesanan dan penyimpanan,
Serealia seperti padi. Jagung, gandum,
cantel, barley, rye dan oat merupakan makanan makanan pokok manuaia, bahan
pakan ternak dan industri. Struktur umum serealia meliputi kulit biji, butir
biji dan lembaga. Bentuk secara umum adalah lonjong dengan berat tiap biji
bervariasi.
PERBEDAAN
BAHAN PANGAN HEWANI DAN NABATI
Perbedaan sifat yang mencolok antara
kedua bahan pangan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Bahan
pangan hasil hewani pada umumnya tidak mempunyai daya tahan atau daya simpan
yang lama terutama apabila bahan tersebut dalam keadaan segar. Sedangkan bahan
pangan hasil nabati umumnya berdaya tahan lebih tinggi. Hanya telur yang
merupakan salah satu bahan hasil hewani yang mempunyai daya tahan agak tinggi.
Hal ini disebabkan karena telur mempunyai kulit yang melindungi bagian
dalamnya. Sifat mudah rusak bahan pangan hewani terutama disebabkan oleh
tingginya kandungan air dan sifat-sifat komponen penyusum lainnya yang
merupakan komponen potesial untuk pertumbuhan mikroba.
2. Bahan
pangan hewani umumnya bersifat lunak, tidak tahan terhadap tekanan dan
hantaman.
3. Sifat-sifat
bahan pangan hewani sangat spesifik dan sangat sukar diadakan generalisasi.
Sifat-sifat daging sangat berbeda dengan sifat-sifat susu, telur ataupun ikan.
4. Bahan
pangan Hewani pada umumnya merupakan sumber protein dan lemak.
Kedua bahan pangan tersebut memiliki
beberapa sifat yang sama, yaitu mudah rusak karena mempunyai tekstur lunak,
kadar air (KA) tinggi, adanya komponen zat-zat dan enzim yang masih aktif. Hal
tersebut di indikasikan oleh adanya perubahan-perubahan fisiologis secara
spontan yang disertai perubahan fisik, kimia dan mikrobiologi maka dari itu,
perlu diketahui cara-cara penanganan untuk mempertahankan mutunya melalui
proses pengolahan lebih lanjut.
PENANGAN
BAHAN PANGAN
Penanganan dan pemilihan bahan pangan
terkait dengan sortasi dan pengkelasan mutu (grading), dengan memperhatikan
kerusakan bahan pangan. Sortasi ditujukan untuk mendapatkan atribut yang
diinginkan (sistem operasi proses, keseragaman pindah panas, berat bahan dan
daya tarik produk), maka dalam prakteknya dapat didasarkan atas berat, ukuran,
bentuk dan warna. Grading merupakan penilaian penerimaan bahan pangan secara
menyeluruh, maka diperlukan operasi, faktor mutu dan metode penanganan.
Bentuk penanganan bahan makanan lainnya, yaitu :
Bentuk penanganan bahan makanan lainnya, yaitu :
1. Pengecilan
ukuran bahan pangan yang dapat dilakukan dengan proses basah dan kering, serta
menggunakan peralatan seperti crushing rolls, penggiling palu, penggiling
cakram, buhr mill, penggiling gulingan dan pemotong;
2. Pencampuran
pada bahan pangan (proses membuat bentuk seragam dari beberapa konstituen
seperti padatan-cairan, padatan-padatan dan cairan-gas);
3. Penyaringan
(proses pemisahan padatan maupun cairan dari komponennya melalui suatu sarana
saringan yaitu media dan pembantu);
4. Pengolahan
penggunakan panas (dapat berbentuk pemberian maupun pengambilan panas dari
bahan yang dapat merubah sifat fisik, kimia, dan karakteristik penyimpanannya
dimana mekanismenya dapat berupa konduksi, konveksi dan radiasi yang
diindikasikan oleh perubahan suhu yang dapat diukur dengan derajat Celcius dan
Fahrenheit, serta skala-skala absolut derajat Kelvine dan Rankine;
5. Vaporasi
(upaya pengurangan jumlah air dari bahan mentah pada fase pengolahan pangan
melalui tekanan pada suhu tertentu dengan menggunakan pemanasan uap dari suatu
ketel yang berbentuk oven kettle atau pan evaporator, horizontal tube natural
circulation evaporator, vertical natural circulation evaporator, long tube
vertical type evaporator, falling film type evaporator, forced circulation type
evaporator dan agitated film evaporator);
6. Pengeringan
(proses dasar untuk pengawetan makanan yang mudah rusak atau busuk pada kondisi
penyimpanan sebelum digunakan atau dikonsumsi, sehingga dapat menurunkan biaya
dan mengurangi kesulitan dalam pengemasan, penanganan, pengangkutan dan penyimpanan);
dan
7. Pendinginan
dan pembekuan (upaya pengaturan suhu untuk keperluan pengawetan pangan dalam
suhu rendah yang tidak mencapai titik beku (5-10°C) dan melibatkan proses
perubahan fase air dari cair menjadi padat (-2°C)).
KARAKTERISTIK
DAN PENGUKURAN MUTU PANGAN DENGAN UJI SENSORI
Uji sensori sangat penting dalam
industri pangan karena hasilnya merupakan pintu terakhir yang menentukan apakah
produk tersebut dapat dijual atau tidak. Karakteristik mutu yang diuji dengan
uji sensori terutama adalah warna, flavor (kombinasi rasa dan bau), aroma,
tekstur, dan konsistensi atau kekentalan produk. Mutu sensori bahan pangan
adalah ciri karakteristik bahan pangan yang dimunculkan oleh satu atau
kombinasi dari dua atau lebih sifat-sifat yang dapat dikenali dengan
menggunakan pancaindra manusia.
Fator-faktor yang berkontribusi
terhadap pembentukan sensasi rasa adalah persepsi terhadap faktor penampakan
fisik (warna, ukuran, bentuk dan cacat fisik), faktor kinestetika (tekstur,
viskositas, konsistensi, dan perasaan di mulut atau mouth feel) dan faktor
flavor (kombinasi rasa atau taste dengan bau atau odor). Ada 3 kelompok besar
uji sensori, yaitu uji pembedaan (difference test), uji penerimaan (acceptance
test) dan uji deskriptif (descriptive test).
Cara pengukuran yang paling umum untuk
uji pembedaan adalah uji perbandingan berpasangan, uji segitiga dan uji
duo-trio. Cara lain yang kurang umum adalah uji dua-dari-lima, uji
penjenjangan, uji pembedaan terhadap kontrol. Jenis dan jumlah panelis untuk
uji pembedaan bervariasi sesuai dengan jenis dan cara pengukuran yang
dilakukan. Penggunaan panelis terlatih diharapkan menghasilkan pengukuran yang
lebih baik.
Cara pengukuran uji penerimaan ada tiga
macam, yaitu uji pembandingan kesukaan berpasangan, uji penjenjangan sampel
jamak dan uji penilaian hedonik. Uji penerimaan tidak harus menggunakan panel
terlatih, tetapi jika menggunakan panel tak terlatih jumlah panelisnya 50
orang.
Keunggulan uji sensori adalah mampu
mendeskripsikan sifat-sifat tertentu yang tidak dapat digantikan dengan cara
pengukuran menggunakan mesin, instrumen ataupun peralatan lain. Kelemahannya,
antara lain bias, kesalahan panelis, kesalahan pengetesan, subyektivitas,
kelemahan-kelemahan pengendalian peubah, dan ketidaklengkapan informasi.
PENGUKURAN MUTU PANGAN DENGAN ALAT
Metode pengujian mutu dengan
menggunakan alat dikenal dengan metode pengujian mutu secara obyektif. Metode
fisik, uji kimia, uji fisiko-kimia, uji mikrobologi, uji mikro analitik dan
histologis. Untuk memonitor umur simpan produk pangan diperlukan korelasi
antara hasil uji sensori dengan hasil pengukuran mutu dengan alat atau
instrumen.
Metode pengukuran mutu dengan alat
dapat digunakan untuk mengungkapkan karakteristik atau sifat-sifat mutu pangan
yang tersembunyi. Umumnya, hasil pengukuran karakteristik mutu dengan uji
sensori memiliki nilai korelasi yang tinggi dengan hasil pengukuran
karakteristik mutu dengan alat. Metode pengukuran uji fisik digunakan untuk
menguji warna, volume, tekstur, viskositas atau kekentalan dan konsistemsi,
keempukan dan keliatan, serta bobot jenis.
Metode pengukuran untuk uji kimia
dibagi dua kelompok, yaitu :
1. Analisis
proksimat, yaitu kadar air, kadar protein, kadar lemak, kadar karbohidrat, dan
kadar abu;
2. Analisis
kualitatif/kuantitatif, yaitu komponen makro (protein, lemak, karbohidrat)
maupun unsur mikro (kadar asam lemak, kadar gula, kadar asam amino).
Cara pengukuran untuk uji fisiko-kimia,
antara lain :
1. alat
pH-meter untuk mengukur keasaman;
2. refraktometer,
untuk mengukur indeks refraksi (untuk mengukur kadar total padatan : terlarut);
3. kolorimeter,
untuk mengukur warna dan untuk menentukan kadar nitrogen, fosfor, sitrat,
vanili gula dan sebagainya;
4. spektrometer
untuk analisis kualitatif.
Metode pengukuran uji mikrobiologis,
digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif mikroorganisme, seperti
bakteri, kapang, ragi dan protozoa. Uji mikrobiologis yang terkenal adalah uji
total jumlah mikroba (total plate counts) dan uji koliform untuk mikroorganisme
yang terdapat dalam kotoran manusia sebagai indikator apakah makanan tersebut
tercemar atau tidak.
Uji mikroanalitik dan histologis
digunakan untuk menganalisis unsur-unsur mikro, vitamin dan mineral, baik
dengan teknologi spektrometri, kromatografi, maupun fotomikroskopi. Studi
histologis dilaksanakan dengan kombinasi mikroskopi, baik sinar tampak,
polarisasi maupun elektron. Uji histologis digunakan untuk mendapatkan gambaran
(image) struktur jaringan maupun pola kehidupan di dalam sel jaringan hewani,
nabati maupun mikroorganisme, maupun uji microstructure produk lainnya.
Kalibrasi peralatan untuk pengukuran
mutu dengan alat sangat penting, sebab keakuratan dan kecermatan hasil
pengukuran menjadi dasar kesahihan dan menentukan dapat/tidaknya dipercaya
hasil yang diperoleh pada semua jenis analisis.
No comments for "Karakteristik Bahan Makanan"
Post a Comment