Karakteristik Daging
DEFINISI
DAGING
Daging adalah salah satu hasil ternak yang
hampir tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Penganekaragaman sumber
pangan, daging dapat menimbulkan rasa kepuasan atau kenikmatan bagi yang
memakannya karena kandungan gizinya yang lengkap, sehingga keseimbangan gizi
untuk hidup dapat terpenuhi. Daging dapat diolah dengan cara dimasak, digoreng,
dipanggang, disate, diasap, diasam, digaram, atau diolah menjadi produk lain
yang menarik, antara lain daging kornet, sosis, dendeng, abon dan daging yang
dilapisi supaya crispy. Oleh karenanya, daging dan hasil olahannya merupakan
produk-produk makanan yang unik dan menarik.
Daging adalah bagian lunak pada hewan yang
terbungkus kulit dan melekat pada tulang yang menjadi bahan makanan bergizi
tinggi karena mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.
Daging tersusun sebagian besar dari jaringan otot, ditambah dengan lemak yang
melekat padanya, urat, serta tulang rawan. Daging diperoleh dari pemotongan
ternak. Sebagai komoditas dagang, daging berasal dari hewan besar, seperti
mamalia dan reptil. Daging semacam ini disebut "daging merah" dan
diperdagangkan dalam bentuk potongan-potongan. Akan tetapi, ikan, amfibi, hasil
laut, dan unggas bukanlah termasuk komoditas daging meskipun memiliki otot dan
daging karena diperdagangkan secara utuh. Biasanya daging dari hewan-hewan
tersebut disebut "daging putih".
Jaringan ikat otot terdiri dari epimesium
yang terdapat disekeliling otot. Perimesium yang terletak di antara fasikuli
dan endomisium yang terletak diantara serabut otot. Otot tersusun dari banyak
ikatan serabut otot, sedangkan serabut otot tersusun dari banyak fibrildan
disebut miofibril. Myofibril tersusun dari banyak filamen yang disebut
miofilamen. Jadi berdasarkan urutan ukuran (dari ukuran terbesar sampai dengan
ukuran tekecil) otot tersusun dari fasikuli, serabut otot, myofibril dan
miofilamen.
Daging yang dapat dikonsumsi adalah daging
yang berasal dari hewan yang sehat. Saat
penyembelihan dan pemasaran berada dalam pengawasan petugas rumah potong hewan serta terbebas
dari pencemaran mikroorganisme. Secara
fisik, kriteria atau ciri-ciri daging yang baik adalah berwarna merah
segar, berbau aromatis, memiliki
konsistensi yang kenyal dan bila ditekan tidak terlalu banyak mengeluarkan cairan.
Daging yang tidak sehat bila dikonsumsi dapat
menyebabkan sumber penyakit dan mengakibatkan keracunan makanan bagi manusia,
untuk itu perlu diketahui berbagai jenis dan kriteria daging yang sehat dan
baik. Berikut adalah perbandingan karakteristik daging sapi, babi, dan kambing.
Berdasarkan keadaan fisik, daging
dikelompokkan menjadidaging segar yang dilayukan atau tanpa pelayuan, daging
segar yang dilayukan kemudian didinginkan, daging segar yang dilayukan,
didinginkan kemudian dibekukan, daging masak,daging asap dan daging olahan.
KANDUNGAN
GIZI DAGING
Daging sebagai sumber protein hewani memiliki
nilai hayati (biological value) yang
tinggi, mengandung 19% protein, 5% lemak, 70% air, 3,5% zat-zat non protein dan 2,5% mineral dan bahan-bahan
lainnya. Komposisi daging terdiri atas
75% air, 18% protein, 3,5% lemak dan
3,5% zat-zat non protein yang dapat larut. Secara umum, komposisi kimia daging terdiri atas 70% air, 20%
protein, 9% lemak dan 1% abu. Jumlah ini
akan berubah bila hewan digemukkan yang akan menurunkan persentase
air dan protein serta meningkatkan
persentase lemak. Daging merupakan
sumber utama untuk mendapatkan asam amino
esensial. Asam amino esensial terpenting di dalam otot segar adalah
alanin, glisin, asam glutamat, dan
histidin. Daging sapi mengandung asam amino leusin, lisin, dan valin yang lebih
tinggi daripada daging babi atau domba. Pemanasan dapat mempengaruhi kandungan protein daging.
Daging sapi yang dipanaskan pada suhu
70oC akan mengalami pengurangan jumlah lisin menjadi 90 persen, sedangkan pemanasan pada suhu 160oC akan
menurunkan jumlah lisin hingga 50 persen. Pengasapan dan penggaraman juga
sedikit mengurangi kadar asam amino.
Kandungan lemak pada daging menentukan
kualitas daging karena lemak menentukan
cita rasa dan aroma daging. Keragaman yang nyata pada komposisi lemak terdapat antara jenis ternak
memamah biak dan ternak tidak memamah
biak adalah karena adanya hidrogenasi oleh mikroorganisme rumen. Lemak sapi
kaya akan asam stearat, asam palmitat
dan asam oleat. Protein daging terdiri
dari protein sederhana dan protein terkonjugasi.
Berdasarkan asalnya protein dapat dibedakan
dalam 3 kelompok yaitu protein
sarkoplasma, protein miofibril, dan protein jaringan ikat. Protein
sarkoplasma adalah protein larut air
karena umumnya dapat diekstrak oleh air dan larutan garam encer. Protein miofibril terdiri atas
aktin dan miosin, serta sejumlah kecil
troponin dan aktinin. Protein jaringan ikat ini memiliki sifat larut
dalam larutan garam. Protein jaringan
ikat merupakan fraksi protein yang tidak larut, terdiri atas protein kolagen, elastin, dan retikulin.
JENIS-JENIS
DAGING
1. Daging Sapi
Daging sapi mempunyai warna merah. Jumlah
mioglobin pada veal sekitar 1 sampai 3 mg setiap gram ototnya, 4 sampai 10 mg
untuk setiap gram beef dan 16 sampai 20 mg untuk setiap gram beef yang lebih
tua. Otot merah mengandung serabut merah. Dari segi tenderness (keempukan),
daging sapi kurang empuk jika dibandingkan dengan keempukan daging domba atau
babi. Hal ini disebabkan karena daging sapi mempunyai perototan yang lebih
besar dan struktur yang lebih kasar. Veal mempunyai flavor yang lebih ringan
daripada beef. Flavor dan aroma daging sapi yang dimasak hampir sama atau
identik dengan daging domba atau babi. Daging sapi mempunyai kadar protein 16
sampai 22% dan kadar air 65 sampai 80%.
Flavor serum daging mentah atau feef steak
adalah karena kombinasi antara garam-garam darah dan salivasi. Ekstrak air
daging, misalnya daging sapi mentah yang dipanaskan akan menghasilkan flavor
yang spesifik. Hasil dialisis ekstrak air daging giling mentah menunjukkan
adanya prekursor didalam difusat yang menghasilkan flavor seperti daging sapi
panggang jika dipanaskan dengan lemak dan flavor seperti kaldu daging sapi jika
dipanaskan dengan air. Dialisat yang larut dalam air mengandung glikoprotein
dan asam inosinat (atau inosin dan fosfat anorganik). Inosinat telah dianggap
sebagai peningkat flavor daging. Fraksi volatil daging dari spesies sapi adalah
sangat serupa dengan fraksi volatil pada domba dan babi.
2. Daging Kambing
Warna daging kambing hampir sama dengan
daging sapi akan tetapi mempunyai tingkat kemerahan yang lebih pekat. Warna ini
ditentukan oleh kandungan otot merah penyusun daging. Flavor dan aroma daging
kambing spesifik keras, yang dapat berasal dari fraksi polar senyawa karbonil
bebas dari lemak dan mempunyai hubungan dengan komposisi dan tipe serabut.
Daging kambing merupakan daging yang unik
dalam hal bau, palatabilitas (rasa) dan keempukannya. Dagingnya kurang berlemak
dibandingkan daging lain dan biasanya kurang empuk. Daging kambing disebut
‘cobrito’ atau ‘chevor’ tergantung umur saat kambing itu dipotong. Cobrito
berasal dari anak kambing yang dipotong setelah menerima kolustrum beberapa
hari permulaan hidupnya. Daging itu terutama digunakan untuk daging panggang.
Chevor berasal dari kambing yang dipotong pada saat disapih atau lebih tua
lagi.
Prekursor flavor daging spesies kambing dan
babi adalah substansi non protein yang larut dalam air. Prekursor flavor daging
kambing dan babi terdiri dari dua subfraksi, yaitu fraksi yang mengandung asam
amino dan fraksi yang mengandung gula pereduksi. Pemanasan masing-masing
subfraksi tidak menghasilkan flavor yang spesifik daging, tetapi pemanasan
kombinasi kedua subfraksi dapat menghasilkan aroma daging. Daging kambing
mempunyai aroma yang identik dengan daging sapi dan babi. Fraksi volatil daging
dari spesies domba adalah sangat serupa dengan fraksi volatil pada sapi dan
babi.
3. Daging Domba
Penilaian karkas domba dilakukan terutama
terhadap potongan karkas bagian paha belakang (leg), loin, rusuk dan bahu.
Bagian eksternal domba muda. Berat badan dan tingkat perototan dipengaruhi oleh
jumlah lemak yang dapat ditrim dan jumlah perototan. Kualitas karkas domba
merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi palatabilitas atau
kelezatan dan akseptabilitas atau daya terima konsumen.
Faktor kualitas karkas daging domba antara
lain meliputi warna, serta kepadatan daging, marbling bagian flank dan rusuk
dan maturitas. Marbling mempunyai peranan terbatas terhadap palatabilitas.
Marbling dalam jumlah sedikit saja sudah cukup untuk memperoleh palatabilitas
yang memuaskan. Tekstur halus atau kasar dapat diamati pada permukaan daging
mata rusuk yang dipisahkan dari karkas. Suatu karkas, otot yang bertekstur halus
lebih empuk daripada yang.
4. Daging Kerbau
Kesanggupan ternak potong kerbau sebagai
penghasil daging cukup tinggi, yaitu dengan karkas 32 sampai 44%. Kenaikan
berat badan pada kondisi kurang baik berkisar antara 0,21 kg sampai 0,31 kg per
hari, tetapi pada kondisi yang baik dapat mencapai 0,70 kg per hari. Kelebihan
ternak kerbau antara lain kemampuan daya cerna terhadap serat kasar mencapai
62,7% lebih besar daripada ternakn sapi yang hanya 51,1%. Daging kerbau
mempunyai warna relative gelap dan seratnya keras dan kasar. Daging kerbau
mengandung gizi cukup tinggi dan komposisinya lengkap.
5. Daging Kuda
Daging kuda sering disebut sebagai daging
merah. Pada daging kuda juga seratnya terlihat lebih besar, kuat dan kasar jika
dibandingkan dengan daging yang lainnya. Terdapat aktivitas enzim sitokrom
oksidase yang mengikat pada urat daging kuda sehingga jelas akan memperlihatkan
kekuatan. Daging kuda dapat diterima dengan baik walaupun warnanya yang gelap
kurang disukai, selain itu daging kuda juga dapat dijadikan sebagai alternatif
sumber protein daging. Daging kuda punya susunan protein sebesar 28 % dan kadar
air pada otot 66%.
6. Daging Babi
Warna daging babi adalah putih dan banyak
ditemui serabut putih. Jumlah mioglobin pada daging babi sekitar 0,038%. Karkas
babi rata-rata berwarna pucat karena selain banyak mengandung serabut putih
anaerobik juga kandungan glikogennya tinggi. Flavor dan aroma pada daging babi
tidak jauh berbeda dengan spesies lain. Pork yang disimpan lama sebelum
pemasakan dapat mempunyai flavor seperti keju, karena ransiditas lemak.
Prekursor flavor daging spesies babi adalah
substansi nonprotein yang larut dapam air. Prekursor flavor daging babi terdiri
dari dua subfraksi, yaitu fraksi yang mengandung asam amino dan fraksi yang
mengandung gula pereduksi. Pemanasan masing-masing subfraksi tidak menghasilkan
flavor yang spesifik daging, tetapi pemanasan kombinasi kedua subfraksi dapat
menghasilkan aroma daging. Daging babi mempunyai aroma yang identik dengan
daging sapi dan domba. Fraksi volatil daging dari spesies babi adalah sagat
serupa dengan fraksi volatil pada sapi dan domba. Sementara penyimpangan aroma
atau bau spesifik daging babi jantan yang disebut bau boar, terutama disebabkan
oleh senyawa yang terdapat didalam lemak yang tidak tersabun yang telah
diidentifikasi sebagai 5α-androst-16 ene-3-one. Angka Iodium pada babi jauh
lebih tinggi dari ruminan dan terdapat perbedaan lain yang terlihat besar,
yaitu kadar asam linoleat dalam lemak babi lebih tinggi.
MUTU DAGING
Mutu merupakan gabungan atribut produk yang
dinilai secara organoleptik dan digunakan konsumen untuk memilih produk. Pada
daging dan produk olahan daging, mutu daging ditentukan oleh mutu komposisi
gizi (rasio antara daging non lemak dengan lemak) dan palatabilitasnya yang mencakup
penampakan, tekstur (juiciness dan keempukan) dan flavor.
Secara visual, mutu daging dinilai dari
warna, marbling dan daya ikat air (water holding capacity, WHC)-nya. Daging
dinilai bermutu baik jika memiliki warna dan marbling yang seragam pada keseluruhan
potongan daging dan dengan penampakan permukaan yang kering karena sifat
WHC-nya yang baik. Keberadaan marbling tidak saja mempengaruhi penampakan
tetapi juga meningkatkan juiciness, keempukan dan flavor produk olahan daging.
Sementara itu, daya ikat air selain mempengaruhi penampakan juga akan
mempengaruhi juiciness dari produk olahan daging.
Warna
Persepsi terhadap warna daging, mentah atau
telah dimasak, mempengaruhi keputusan konsumen dalam memilih daging dan produk
olahannya. Daging dengan warna menyimpang dianggap sebagai daging berkualitas
rendah.
Mioglobin merupakan pigmen utama daging dan
konsentrasinya akan mempengaruhi intensitas warna merah daging. Perbedaan kadar
miglobin menyebabkan perbedaan intensitas warna daging. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kadar mioglobin adalah spesies, jenis kelamin, umur dan aktifitas
fisik hewan. Hal ini menjelaskan kenapa daging sapi lebih merah dari daging
babi dan daging babi lebih merah dari daging ayam; atau mengapa daging hewan
jantan, hewan tua dan/atau daging paha lebih merah dari hewan betina, hewan
muda dan/atau daging dada.
Warna daging juga dipengaruhi oleh kondisi
penanganan dan penyimpanan. Jenis kemasan, serta suhu dan lama waktu
penyimpanan bisa mempengaruhi warna daging. Hal ini disebabkan oleh terjadinya
perubahan kondisi oksidasi mioglobin yang menyebabkan perubahan warna daging.
Ketika daging segar dipotong, maka warna awal
yang terlihat adalah warna merah keunguan dari mioglobin. Setelah beberapa saat
terpapar dengan oksigen diudara, maka permukaan daging segar tersebut akan
berubah warna menjadi merah terang karena terjadinya oksigenasi mioglobin
menjadi oksimioglobin. Permukaan daging yang mengalami kontak dengan udara
untuk waktu lama, akan berwarna coklat, karena oksimioglobin teroksidasi
menjadi metmioglobin. Walaupun perubahan warna ini normal sepanjang bau daging
masih khas daging segar, tetapi mengindikasikan bahwa daging sudah agak lama
terekspos dengan udara sehingga sebaiknya segera dibekukan jika tidak langsung
dimasak. Jika daging berwarna coklat dan baunya tidak lagi khas daging segar,
maka kondisi ini menunjukkan bahwa daging tersebut sudah disimpan di
refrigerasi untuk waktu yang lama. Penyimpangan bau merupakan tanda bahwa
daging sudah mulai rusak (busuk) dan hendaknya tidak dikonsumsi.
Jenis kemasan akan mempengaruhi warna daging
segar. Daging tenderloin sapi, yang dikemas dalam kemasan vakum akan memiliki
warna merah keunguan. Penyebabnya adalah ketiadaan oksigen didalam kemasan
vakum. Jika daging dikeluarkan dari kemasan vakum dan kontak dengan udara,
warna permukaan daging akan menjadi merah terang sementara bagian dalam tetap
berwarna merah-keunguan karena oksigen tidak bisa berpenetrasi ke bagian dalam
daging. Disini terlihat bahwa warna merah dan merah-keunguan merupakan warna
alami daging segar.
Daging sapi yang digiling dan dikemas dalam
wadah yang ditutup dengan film yang permeabilitas oksigennya baik, umumnya
berwarna merah terang. Daging giling yang berada dibagian dalam berwarna
merah-keunguan. Jika daging dibagian dalam ini dikontakkan dengan udara, maka
warnanya akan berubah menjadi merah terang.
Pemasakan daging pada suhu diatas 80oC menyebabkan
pigmen terdenaturasi dan warna daging berubah menjadi coklat keabuan yang
merupakan warna khas daging segar yang dimasak. Pada pengolahan daging
menggunakan garam nitrit (proses kuring), misalnya pada sosis dan kornet,
reaksi nitrit dengan mioglobin menghasilkan nitrosomioglobin yang ketika
dipanaskan (dimasak) pada suhu di atas 65oC akan menghasilkan warna merah muda
yang stabil.
Juiciness
Juiciness atau kesan juicy produk daging
dipengaruhi oleh jumlah air yang dapat dipertahankan untuk tetap berada di
dalam daging setelah dimasak; dan produksi saliva (air ludah) pada saat
pengunyahan. Daya ikat air (WHC) daging akan mempengaruhi seberapa besar air
yang dapat dipertahankan didalam produk sementara kadar lemak marbling akan
membantu merangsang pembentukan saliva.
WHC
WHC adalah kemampuan daging untuk
mempertahankan kandungan air (bebas)nya pada saat mendapat tekanan dari luar,
seperti proses pemanasan, penggilingan atau pengepressan. Daging dengan
karakteristik WHC yang baik biasanya akan menghasilkan produk dengan karakter
juiciness yang baik. Denaturasi protein daging karena penurunan pH daging
beberapa waktu setelah penyembelihan, akan menyebabkan turunnya WHC daging.
Akibatnya, daging tidak mampu mempertahankan air daging selama proses pemasakan
dan produk yang dihasilkan akan terasa kering (airnya hilang selama pengolahan)
dan hambar (komponen flavor larut air terbuang bersama air yang keluar). Proses
pelayuan (aging) daging dapat meningkatkan WHC daging sehingga juicinessnya
dapat ditingkatkan. WHC dapat berubah
karena pemasakan dan menyebabkan pengaruh pada juiciness produk. Peningkatan
suhu pemasakan akan meningkatkan denaturasi protein sehingga WHC menurun dan
karakter juicy produk juga berkurang.
Marbling
Marbling adalah istilah populer untuk lemak
intramuskuler. Secara visual, marbling terlihat sebagai butiran lemak putih
yang tersebar diantara daging. Pada Gambar 1 dapat dilihat kondisi marbling
daging sapi. Juiciness meningkat ketika kadar marbling meningkat. Marbling yang
meleleh pada saat pemasakan dan pelepasannya selama pengunyahan bersama-sama
dengan sebagian air bebas daging akan meningkatkan sensasi jus daging. Secara
tidak langsung, lemak juga berpengaruh pada juiciness dengan menghambat
penguapan air daging selama pemasakan.
Dari penelitian juga disebutkan adanya
korelasi antara kadar marbling dengan kelezatan (palatabilitas) daging secara
keseluruhan. Jika kandungan lemak marbling kurang dari 3%, palatabilitas
menurun dan daging tidak diterima konsumen. Kandungan marbling yang tinggi
(lebih dari 7.3%) ternyata juga memberikan persepsi negatif terkait dengan
peningkatan konsumsi lemak dan hubungannya dengan penyakit jantung koroner,
kegemukan dan kanker.
Keempukan
Keempukan daging sangat mempengaruhi persepsi
konsumen dalam menilai mutu daging. Kesan empuk melibatkan tiga aspek berikut:
kemudahan penetrasi gigi ke dalam daging, kemudahan pengunyahan daging menjadi
potongan-potongan yang lebih kecil dan jumlah residu (sisa) yang tertinggal
setelah pengunyahan.
Spesies, umur dan jenis kelamin hewan akan
menentukan tekstur dagingnya. Daging dengan tekstur yang halus lebih mudah
empuk dibandingkan dengan yang teksturnya kasar. Inilah sebabnya mengapa daging
sapi butuh waktu lebih lama untuk mengempukannya dibandingkan daging babi,
domba atau ayam. Peningkatan ukuran serabut otot dengan meningkatnya umur
menyebabkan tekstur daging dari hewan yang lebih tua akan menjadi lebih kasar
dan keempukan akan menurun. Dari jenis kelamin secara umum diketahui bahwa
daging hewan jantan memiliki tekstur yang lebih kasar dari daging hewan betina.
Daging (otot) yang banyak bergerak, misalnya daging dibagian betis, akan
memiliki tekstur lebih kasar dan menjadi kurang empuk jika dibandingkan dengan
daging (otot) yang terletak pada bagian yang jarang digerakkan, misalnya daging
dari bagian punggung. Peningkatan jumlah jaringan ikat didalam daging akan
menurunkan keempukan daging sementara keberadaan lemak marbling akan
meningkatkan keempukannya.
Proses pelayuan (aging) adalah salah satu
cara yang umum dilakukan untuk mengempukan daging. Pelayuan dilakukan dengan
menyimpan daging didalam refrigerator yang suhunya terkendali, selama 2 – 4
minggu, yang memberi kesempatan pada enzim yang ada didalam daging untuk
memutus protein daging (miofibril) dan jaringan ikat sehingga daging menjadi
lebih empuk. Di jasa boga, proses pengempukan daging ini dapat dilakukan dengan
menambahkan enzim protease kedalam daging.
Pemasakan dapat meningkatkan atau menurunkan
keempukan daging, tergantung pada suhu dan waktu pemasakan. Suhu pemasakan akan
mempengaruhi kealotan protein miofibrilar sementara lama waktu pemasakan akan
mempengaruhi proses pelunakan kolagen (protein didalam jaringan ikat).
Selama pemasakan, denaturasi dan pengkerutan
protein miofibrilar yang terjadi pada suhu 40 – 45oC dan terus meningkat pada
suhu 60oC menyebabkan kekerasan daging meningkat. Sebaliknya, protein kolagen
yang ada didalam jaringan ikat akan mengalami pemecahan menjadi gelatin dan
meningkatkan keempukan daging pada pemasakan diatas suhu 65oC. Oleh karena itu,
untuk memperoleh daging yang empuk, perhatikan karakteristik daging yang akan
dimasak. Pemasakan daging sebaiknya dilakukan pada suhu internal yang tidak
terlalu tinggi, dengan waktu singkat jika daging hanya mengandung sedikit
jaringan ikat dan waktu yang lebih lama jika jaringan ikat lebih tinggi.
Flavor
Flavor daging dihasilkan dari kombinasi
berbagai komponen yang menstimulasi reseptor penciuman dan rasa yang ada di
saluran mulut dan hidung. Senyawa pembentuk flavor daging terutama komponen-komponen
hasil pemecahan protein (peptida dan asam amino), komponen aroma yang larut air
dan gula pereduksi. Perbedaan jenis dan komposisi lemak menyebabkan adanya
sedikit perbedaan flavor daging dari hewan yang berbeda pada saat daging
dimasak.
Reaksi maillard yang merupakan reaksi antara
protein daging terhidrolisa, peptida dan asam amino dengan gula pereduksi
berperan penting dalam menghasilkan flavor daging masak. Faktor aw, pH, suhu
dan waktu pemanasan akan mempengaruhi jenis dan intensitas komponen flavor
daging masak yang dihasilkan. Reaksi ini berlangsung optimum pada kisaran aw
0.5 – 0.8, pH tinggi dengan suhu antara 100°C (flavor daging rebus) dan 180°C
(flavor daging goreng).
Perbedaan cara memasak akan menghasilkan
flavor yang berbeda. Sebagai contoh, pada daging yang dimasak dengan teknik
pemasakan kering, flavor hanya terbentuk di bagian permukaan daging sementara
teknik pemasakan basah memungkinkan reaksi pembentukan flavor berlangsung
sampai ke bagian dalam daging. Keberadaan komponen lain selama proses
pengasapan dan kuring daging juga akan menghasilkan produk daging dengan flavor
yang khas.
Lemak marbling juga berpengaruh terhadap
flavor. Daging dengan marbling rendah selain terlihat kering juga memiliki
flavor yang lebih lemah daripada daging dengan marbling yang lebih banyak.
Penelitian menunjukkan bahwa 8 – 9% lemak marbling didalam steak akan
menghasilkan flavor yang baik sementara peningkatan lemak diatas 9% akan
memberikan citarasa berminyak.
CARA
MENENTUKAN KUALITAS DAGING
1. Keempukan
atau kelunakan. Daging yang sehat akan memiliki konsistensi kenyal (padat) jika
ditekan dengan jari.
2. Kandungan
lemak atau Marbling. Marbling adalah lemak yang terdapatdiantara otot (intra
muscular), marbling berpengaruh terhadap cita rasa daging.
3. Warna daging
bervariasi, tergantung dari jenis secara genetik dan usia
4. Rasa dan
Aroma. Daging yang berkwalitas baik mempunyai rasa yang relatif gurih dan aroma
yang sedap
5. Kelembaban.
Secara normal daging mempunyai permukaan yang relatif kering sehingga dapat
menahan pertumbuhan organisme dari luar.
POKER899 adalah salah satu situs poker online terbaik dan terpercaya. salah satu kunci kesuksesan poker899 adalah pelayanan yang sangat baik kepada para membernya mulai dari keramahan dan kecepatan dalam proses menjadi salah satu pelaynaan spesial yang diberikan poker899. dan kami memberikan pelayanan bonus yang sangat menarik, seperti berikut ini :
ReplyDelete-BONUS NEW MEMBER 10.000
-BONUS REFERRAL 10%
-BONUS ROLLINGAN 0.3-0.5% SETIAP MINGGUNYA
-BONUS EVENT BULANAN(JIKA SEDANG ADA EVENT TERTENTU)
LIVE CHAT : http://poker899.vip/
WHATSAPP : +855884660017
LINE : POKER899
AGEN POKER TERBAIK DIINDONESIA
AGEN JUDI ONLINE BERKUALITAS
AGEN POKER SANGAT AMAN TERPERCAYA
AGEN OMAHA BERKUALITAS TERJAMIN AMAN
BANDAR CEME TERPERCAYA TERBAIK
POKER899
AGEN DOMINO TERAMAN DAN TERPERCAYA
BANDAR CAPSA YANG PALING AMAN
BONUS NEW MEMBER 10.000
BONUS REFERRAL 10%
BONUS ROLLINGAN 0.3-0.5% SETIAP MINGGUNYA
WHATSAPP : +855884660017
LINE : POKER899
BBM : 55A84D38