Karakteristik Susu
DEFINISI
SUSU
Susu merupakan bahan makanan yang
bergizi tinggi. Kandungan gizinya lengkap dengan sifat gizi yang mudah dicerna
dan diserap oleh tubuh. Susu diperoleh dari hasil pemerahan hewan seperti sapi,
kerbau, kuda dan kambing. Susu merupakan suatu emulsi lemak dalam air yang
mengandung beberapa senyawa terlarut. Agar lemak dan air dalam susu tidak mudah
terpisah, maka protein susu bertindak sebagai emulsifier (zat pengemulsi).
Susu merupakan bahan pangan yang
mempunyai nilai gizi tinggi karena mempunyai kandungan nutrisi yang lengkap
antara lain lemak, protein, laktosa, vitamin, mineral, dan enzim. Sebagai
produk pangan yang kaya nutrisi, pH mendekati netral dan kandungan airnya
tinggi. Oleh karena itu susu sangat mudah mengalami kerusakan akibat pencemaran
mikroba. Susu segar adalah susu murni, tidak mengalami pemanasan, dan tidak ada
penambahan bahan pengawet. Susu sapi segar mengandung air (87,25%), laktosa
(4,8%), lemak (3,8%), kasein (2,8%), albumin (0,7%), dan garam-garaman (0,65%).
Selain itu perlu kita tahu bahwa susu juga mengandung vitamin, sitrat, dan
enzim. Susu sapi yang baik memiliki warna putih kekuningan dan tidak tembus
cahaya.
Pada saat susu keluar setelah diperah,
susu merupakan suatu bahan yang murni, higienis, bernilai gizi tinggi,
mengandung sedikit kuman atau boleh dikatakan susu masih steril. Demikian pula
bau dan rasa tidak berubah dan tidak berbahaya untuk diminum. Setelah beberapa
saat berada dalam suhu kamar, susu sangat peka terhadap pencemaran sehingga
dapat menurunkan kualitas susu. Kualitas susu yang sampai ditangan konsumen
terutama ditentukan antara lain oleh jenis ternak dan keturunannya (hereditas),
tingkat laktasi, umur ternak, peradangan pada ambing, nutrisi/pakan ternak,
lingkungan dan prosedur pemerahan susu.
Mikroorganisme yang berkembang didalam
susu selain menyebabkan susu menjadi rusak juga membahayakan kesehatan
masyarakat sebagai konsumen akhir. Kerusakan pada susu disebabkan oleh
terbentuknya asam laktat sebagai hasil fermentasi laktosa oleh koli. Fermentasi
oleh bakteri ini akan menurunkan mutu dan keamanan pangan susu, yang ditandai
oleh perubahan rasa, aroma, warna, konsistensi, dan tampilan. Disamping itu
penanganan susu yang benar juga dapat menyebabkan daya simpan susu menjadi singkat,
harga jual murah yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi pendapatan peternak
sebagai produsen susu.
JENIS
SUSU
Menurut
didapatkannya :
Meskipun susu pada umumnya dapat
dihasilkan oleh semua hewan menyusui, namun yang dikonsumsi manusia di Indonesia
khususnya adalah susu sapi dan kambing. Selain susu-susu tersebut, susu dari
hewan lain juga kadang-kadang dimanfaatkan untuk dikonsumsi manusia, di
antaranya susu kerbau, susu domba, dan susu unta. Saat ini juga marak munculnya
susu kuda atau susu kuda liar. Susu jenis ini banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk tujuan pengobatan. Disamping susu yang berasal dari hewan, ada
juga susu nabati seperti susu kedelai dan susu kacang hijau. Identifikasi
terhadap jenis-jenis susu tersebut seringkali didasarkan pada aroma dari susu.
Susu kambing biasanya memberikan aroma prengus (anyir). Sedangkan aroma susu
kedelai mengandung sedikit aroma langu dari kedelai atau dikenal sebagai beany
flavor.
Menurut
bentuknya :
1. Susu
Cair/murni yaitu susu yang diperoleh langsung dari hewan ternak tanpa diproses
terlebih dahulu
2. Susu
bubuk (powder milk)/Tepung (bukan dalam
bahasa sunda) yaitu susu yang diolah dengan cara dipanaskan, sehingga airnya
menguap dan yang tertinggal hanya bahan keringnya (BK), sehingga terbentuk susu
bubuk.
3. Susu
kental manis, yakni susu yang diuapkan airnya, sehingga bahan keringnya minimal
tinggal 31 persen dan lemak Sembilan persen ditambah gula minimal 40 persen.
4. Susu
skim, yakni susu yang diambil krim atau lemaknya.
5. Filled
milk, yakni susu skim ditambah lemak tumbuhan sebagai pengganti lemak susu.
Cara awal pengolahan susu ini berasal dari Filipina.
6. Susu
gula minyak, yakni susu skim ditambah gula dan minyak. Biasanya diberikan
kepada bayi.
KOMPOSISI
AIR SUSU
Rata-rata komposisi air susu untuk
semua kondisi dan jenis sapi perah adalah : 3,9 % lemak ; 3,4% protein ; 4,8%
laktosa ; 0,72% abu dan 87,10% air. Disamping itu juga terdapat bahan lain
dalam jumlah sedikit seperti sitrat, enzim, fosfolipid, vitamin A, vitamin B,
dan vitamin C. Komposisi air susu secara umum:
1. Protein.
Protein susu terdiri atas kasein, laktaalbumin, dan laktaglobulin. Kasein
merupakan protein yang terbanyak jumlahnya daripada laktaalbumin dan
laktaglobulin.
2. Lemak
susu. Lemak merupakan komponen susu yang penting seperti halnya protein, lemak
dapat memberikan energi lebih besar daripada protein maupun karbohidrat. Satu
gram lemak dapat memberikan ± 9 kalori, di dalam susu lemak terdapat sebagai
globula atau emulsi.
3. Hidrat
Arang. Dalam susu hidrat arang paling banyak terdapat dalam bentuk gula
disakarida, yaitu laktosa. Gula susu mempunyai kemanisan seperenam kemanisan
gula tebu (sukrosa).
4. Garam-garam
mineral. Konsentrasi mineral dalam susu kurang dari 1%, mineral ini larut dalam
susu dan kasein. Garam mineral yang penting adalah kalsium, sodium, potassium
dan magnesium.
5. Vitamin.
Susu mengandung vitamin-vitamin yang larut dalam lemak, yaitu vitamin A, D, E
serta sedikit vitamin K. Susu juga mengandung berbagai vitamin yang larut dalam
air yaitu vitamin B komplek.
6. Air. Komponen terbanyak susu adalah air,
jumlahnya mencapai 64,89 %.
7. Enzim.
Enzim adalah katalisator biologik yang dapat mempercepat reaksi kimiawi. Susu
mengandung beberapa enzim, antara lain lipase, posterase, peroksidase,
katalase, dehidrogenase, dan laktase.
SIFAT
FISIK AIR SUSU
1. Warna air susu
Warna
air susu dapat berubah dari satu warna kewarna yang lain, tergantung dari
bangsa ternak, jenis pakan, jumlah lemak, bahan padat dan bahan pembentuk
warna. Warna air susu berkisar dari putih kebiruan hingga kuning keemasan.
Warna putih dari susu merupakan hasil dispersi dari refleksi cahaya oleh
globula lemak dan partikel koloidal dari casein dan calsium phosphat. Warna
kuning adalah karena lemak dan caroten yang dapat larut. Bila lemak diambil dari
susu maka susu akan menunjukkan warna kebiruan.
2. Rasa dan bau air susu
Kedua
komponen ini erat sekali hubungannya dalam menentukan kualitas air susu. Air
susu terasa sedikit manis, yang disebabkan oleh laktosa, sedangkan rasa asin
berasal dari klorida, sitrat dan garam-garam mineral lainnya.
3. Berat jenis air susu
Air
susu mempunyai berat jenis yang lebih besar daripada air. BJ air susu =
1.027-1.035 dengan rata-rata 1.031. Akan tetapi menurut codex susu, BJ air susu
adalah 1.028. Codex susu adalah suatu daftar satuan yang harus dipenuhi air
susu sebagai bahan makanan. Daftar ini telah disepakati para ahli gizi dan
kesehatan sedunia, walaupun disetiap negara atau daerah mempunyai ketentuan-ketentuan
tersendiri.
4. Kekentalan air susu (viskositas)
Seperti
BJ maka viskositas air susu lebih tinggi daripada air. Viskositas air susu
biasanya berkisar 1,5 – 2,0 cP. Pada suhu 20°C viskositas whey 1,2 cP,
viskositas susu skim 1,5 cP dan susu segar 2,0 cP. Bahan padat dan lemak air
susu mempengaruhi viskositas. Temperatur ikut juga menentukan viskositas air
susu. Sifat ini sangat menguntungkan dalam pembuatan mentega.
5. Titik beku dan titik cair dari air susu
Pada
codex air susu dicantumkan bahwa titik beku air susu adalah –0.5000 C. Akan
tetapi untuk Indonesia telah berubah menjadi –0.5200 C. Titik beku air adalah
00 C. Apabila terdapat pemalsuan air susu dengan penambahan air, maka dengan
mudah dapat dilakukan pengujian dengan uji penentuan titik beku. Karena
campuran air susu dengan air akan memperlihatkan titik beku yang lebih besar
dari air dan lebih kecil dari air susu. Titik didih air adalah 100°C dan air
susu 100.16°C. Titik didih juga akan mengalami perubahan pada pemalsuan air
susu dengan air.
6. Daya cerna air susu
Air
susu mengandung bahan/zat makanan yang secara totalitas dapat dicerna, diserap
dan dimanfaatkan tubuh dengan sempurna atau 100%. Oleh karena itu air susu
dinyatakan sangat baik sebagai bahan makanan. Tidak ada lagi bahan makanan baik
dari hewani terlebih-lebih nabati yang sama daya cernanya dengan air susu.
SIFAT
KIMIA AIR SUSU
Keasaman dan pH Susu, susu segar
mempunyai sifat ampoter, artinya dapat bersifat asam dan basa sekaligus. Jika
diberi kertas lakmus biru, maka warnanya akan menjadi merah, sebaliknya jika
diberi kertas lakmus merah warnanya akan berubah menjadi biru. Potensial ion
hydrogen (pH) susu segar terletak antara 6,5 – 6,7. Jika dititrasi dengan
alkali dan kataliasator penolptalin, total asam dalam susu diketahui hanya 0,10
– 0,26 % saja. Sebagian besar asam yang ada dalam susu adalah asam laktat.
Meskipun demikian keasaman susu dapat disebabkan oleh berbagai senyawa yang
bersifat asam seperti senyawa-senyawa pospat komplek, asam sitrat, asam-asam
amino dan karbondioksida yang larut dalam susu. Bila nilai pH air susu lebih
tinggi dari 6,7 biasanya diartikan terkena mastitis dan bila pH dibawah 6,5
menunjukkan adanya kolostrum ataupun pemburukan bakteri.
SYARAT
KUALITAS AIR SUSU
Berdasarkan jumlah bakteri dalam air
susu, kualitas susu di negara-negara barat
dan negara-negara maju lainnya digolongkan menjadi 3 macam, yaitu:
1. Susu
dengan kualitas baik atau kualitas A (No. 1), jumlah bakteri yang terdapat
dalam susu segar tidak lebih dari 10.000/ml. Bakteri-bakteri koliform tidak
lebih dari 10/ml.
2. Susu
Kualitas B (No. 2) jika jumlah bakterinya antara 100.000-1.000.000/ml dan
jumlah bakteri koliform tidak lebih dari 10/ml.
3. Susu
dengan kualitas C (No. 3), jelek jika jumlah bakterinya lebih dari 1.000.000/ml
(Hadiwiyoto, 1994).
Syarat kualitas air susu segar di
Indonesia telah dibakukan dalam Standart Nasional Indonesia (SNI 01-3141-1997),
dimana pemeriksaan cemaran mikroba dalam air susu segar meliputi uji
pemeriksaan dengan angka lempeng total (batas maksimum mikroba 3,0 × 106
koloni/ml), Escherichia coli (maksimum 10/ml), Salmonella (tidak ada),
Staphylococcus aureus (maksimum 10² koloni/ml).
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kualitas susu :
1. Keadaan
kandang sapi. Kandang sapi yang baik akan menghasilkan susu yang baik. Hal-hal
yang perlu diperhatikan terhadap keadaan kandang adalah bentuk lubang angin
(ventilasi luar ruangan, penerangan, saluran pembuangan).
2. Keadaan
rumah pemerah. Rumah pemerah adalah rumah untuk mengadakan pemerahan susu. Rumah
ini umumnya terpisah dari kandang sapi.
3. Keadaan
kesehatan sapi. Sapi perah yang sakit akan menghasilkan mutu susu tidak baik.
4. Kesehatan
pemerah atau pekerja. Hal ini penting agar kontaminasi bakteri yang berasal
dari pekerja yang sakit dapat dihindari dan dikurangi.
5. Pemberi
makanan . Sapi yang baru saja diberi makanan akan menghasilkan susu dengan
kandungan lebih banyak daripada sapi yang belum diberi makanan ternyata
mempengaruhi cita rasa susu yang dihasilkan. Misal bawang merah yang diberikan
1-4 jam sebelum pemerahan akan menghasilkan susu yang berbau kuat atau merangsang.
6. Kebersihan
hewan. Apabila sapinya kotor, susu yang diperoleh juga akan mengandung jumlah
bakteri yang lebih banyak dan akhirnya rendah mutunya.
7. Kebersihan
alat pemerah
8. Penyaringan
susu. Penyaringan dapat membantu mengurangi kotoran-kotoran atau debu.
9. Penyimpanan
susu. Penyimpanan susu pada suhu tinggi atau kamar, jumlah bakteri yang ada
pada susu akan lebih banyak daripada penyimpanan susu pada suhu rendah.
PENGUJIAN
MUTU SUSU SEGAR SECARA FISIS
Pengawasan kualitas susu merupakan
suatu faktor penting dalam rangka penyediaan susu sehat bagi konsumen dan hal
ini sangat diperlukan untuk lebih memberi jaminan kepada masyarakat bahwa susu
yang dibeli telah memenuhi standar kualitas tertentu. Pusat Standardisasi
Indonesia telah mengeluarkan persyaratan kualitas untuk susu segar, berikut
cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan dan cara pengemasan,
seperti yang tercantum dalam Standar Nasional Indonesia atau SNI 01-3141-1982.
PENCEMARAN
AIR SUSU
Komposisi kimia susu yang lengkap
seperti lemak, laktosa, protein, dan lain-lainnya memungkinkan adanya anggapan
bahwa susu berperan sebagai medium yang baik bagi pertumbuhan mikrobia
merugikan. Susu yang dihasilkan pada ambing sapi pada hakekatnya steril,
setelah melewati kelenjar puting baru terjadi kontaminasi oleh mikroba. Hal itu
disebabkan selain karena terdapat susu sisa (lebih kurang 10% dari volume susu
total), atau karena puting mengalami pengendoran pasca pemerahan berulang. Oleh
karena itu, susu yang diperoleh sesudah pemerahan selalu mengandung sejumlah
bakteri pencemar yang macam dan jumlahnya tergantung pada lingkungan, patologi
hewan (kesehatan), peternakan, peralatan, dan personil yang berhubungan dengan
pengumpulan, penyimpanan dan transportasi susu.
Alasan
susu disukai mikroba antara lain :
1. pH
susu mendekati normal sekitar 6, 6-6, 8.
2. Susu
mengandung gizi yang sangat baik untuk pertumbuhan makhuk hidup termasuk
mikroba.
3. Kadar
air yang tinggi sekitar 85%.
Selain itu, susu juga dapat
terkontaminasi oleh bakteri-bakteri patogen melalui beberapa cara sebagai
berikut :
1. Susu
yang berasal dari sapi perah yang menderita infeksi. Misalnya infeksi oleh
bakteri Brucella, Mycobacterium, dan Coxiella burnetii.
2. Putting
sapi terkontaminasi secara langsung oleh manusia. Misalnya kontaminasi oleh
Streptococcus, Staphylococcus, Pseudomonas, dan Corynebacterium.
3. Susu
terkontaminasi oleh bakteri patogen yang tidak berasal dari sapi sendiri,
kontaminasi terjadi setelah proses pemerahan. Misalnya Salmonella typhi,
Corynebacter diptheriae dan Streptococcus pyogenes.
Susu
yang rusak akibat aktivitas mikroorganisme antara lain ditandai dengan beberapa
ciri sebagai berikut :
1. Pengasaman
dan penggumpalan akibat fermentasi laktosa menjadi asam laktat sehingga pH
menurun dan kemungkinan terjadi penggumpalan kasein,
2. Berlendir
seperti tali karena terjadinya pengentalan dan pembentukan lendir sebagai
akibat pengeluaran bahan seperti kapsul dan bergetah oleh beberapa jenis
bakteri,
3. Penggumpalan
tanpa penurunan pH akibat aktivitas bakteri seperti Bacillus careus yang
menghasilkan enzim yang mencerna lapisan tipis fosfolipid disekitar butir-butir
susu.
KERUSAKAN
AIR SUSU
Susu dinyatakan rusak dan tidak layak
untuk dikonsumsi apabila dalam susu tersebut terjadi perubahan rasa dan aroma,
yaitu menjadi asam, busuk, tidak segar dan susu menggumpal atau memisah. Produk
seperti ini sebaiknya tidak dikonsumsi. Air susu yang diperah sering tercemar
jika bagian luar dari sapi dan daerah sekitarnya sebelum diperah tidak
diperhatikan. Keadaan demikian menyebabkan air susu walaupun berasal ambing
yang sehat (bebas dari bakteri) tetap terkontaminasi setelah pemerahan susu.
Susu yang baru diperah sekalipun dari sapi-sapi yang sehat dan diperah secara
aseptis biasanya mengandung jumlah bakteri yang sedikit.
Beberapa kerusakan pada susu yang
disebabkan tumbuhnya mikroorganisme antara lain adalah pengasaman dan
penggumpalan, berlendir seperti tali yang disebabkan terjadinya pengentalan dan
pembentukan lendir oleh beberapa jenis bakteri dan penggumpalan susu yang
timbul tanpa penurunan pH. Escherichia colli dapat menyebabkan kerusakan pada
susu akibat enterotoksin yang diproduksinya. Mikroba patogen yang umum
mencemari susu adalah E. coli. Standar Nasional Indonesia tahun 2000
mensyaratkan bakteri E. coli tidak terdapat dalam susu dan produk olahannya.
Bakteri E. coli dalam air susu maupun produk olahannya dapat menyebabkan diare
pada manusia bila dikonsumsi. Beberapa bakteri patogen yang umum mencemari susu
adalah Brucella sp., Bacillus cereus, Listeria monocytogenes, Campylobacter
sp., Staphylococcus aureus, dan Salmonella sp.
PENANGANAN
AIR SUSU
Penanganan susu segar sangat diperlukan
untuk memperlambat penurunan kualitas susu atau memperpanjang massa simpan
susu. Cara penanganan air susu sesudah pemerahan adalah sebagai berikut:
1. Air
susu hasil pemerahan harus segera dikeluarkan dari kandang untuk menjaga jangan
sampai susu tersebut berbau sapi atau kandang. Keadaan ini penting terutama
jika keadaan ventilasi kandang tidak baik.
2. Air
susu tersebut disaring dengan saringan yang terbuat dari kapas atau kain putih
dan bersih, susu tersebut disaring langsung dalam milk can. Segera setalah
selesai penyaringan milk can tersebut ditutup rapat. Kain penyaring harus
dicuci bersih dan digodok kemudian dijemur. Bila kain penyaring tersebut hendak
dipakai kembali sebaiknya disetrika terlebih dahulu.
3. Tanpa
menghiraukan banyaknya kuman yang telah ada, air susu perlu didinginkan secepat
mungkin sesudah pemerahan dan penyaringan sekurang-kurangnya pada suhu 4oC–7oC
selama 2 atau 3 jam. Hal ini dilakukan untuk mencegah berkembangnya kuman yang
terdapat didalam air susu.bila tidak mempunyai alat pendingin maka pendinginan
tersebut dilakukan dengan menggunakan balok es, dalam hal ini milk can yang
telah berisi susu dimasukkan kedalam bak yang berisi es balok dan ditutup
rapat.
Kontaminasi
susu perlu dicegah sedini mungkin dengan menjaga kebersihan dan kesehatan hewan
perah. Agar susu yang diproduksi terjaga kebersihannya dan lebih tahan lama
dari kerusakan. Maka dapat dilakukan beberapa penanganan air susu, antara lain:
1. Pendinginan
Susu
Pendinginan
susu bertujuan agar terjadi penurunan suhu susu dari suhu ambing 37ÂșC ke
berbagai suhu yang lebih rendah untuk menahan mikroba perusak susu agar jangan
berkembang, sehingga susu tidak mengalami kerusakan dalam waktu yang relatif
singkat. Pendinginan susu biasanya menggunakan almari es atau alat pendingin
khusus yang suhunya di bawah 10°C.
2. Pasteurisasi
Susu
Pasteurisasi
susu adalah pemanasan susu di bawah temperatur didih denganmaksud hanya
membunuh kuman ataupun bakteri patogen, sedangkan sporanyamasih dapat hidup.
Ada 3 cara pasteurisasi yaitu: Pasteurisasi lama (law temperature, long time),
Pasteurisasi singkat (high temperature, short time), dan Pasteurisasi dengan
Ultra High Temperature (UHT).
3. Uji Kestabilan
Kasein
Prinsip
uji ini adalah kestabilan kasein susu berkurang bila susu menjadi asam,
sehingga akan menggumpal atau pecah bila didihkan. Percobaan ini bernilai positip
jika terlihat adanya butiran atau gumpalan pada susu. Hal ini terjadi pada
derajat asam 9o–10o SH. Kecuali susu asam, kolostrom, dan perubahan fisiologis
pada sap[I dapat menyebabkan susu pecah pada uji didih ini, atau dengan kata
lain susu yang mutunya baik/normal tidak akan menggumpal bilamana dipanaskan.
Akan tetapi susu yang terkontaminasi dengan mikroba produsen asam laktat,
sehingga susu menjadi asam, akan terbentuk gumpalan bilamana susu asam tersebut
dipanaskan. Besarnya gumpalan, bervariasi menurut tingkat keasaman susu
tersebut. Adanya kolostrom pada susu atau adanya kenaikan kandungan garam (pada
mastitis) menyebabkan susu tidak tahan panas juga/tidak stabil terhadap panas. Tujuan
dari uji didih adalah untuk memperoleh kepastian apakah susu tersebut dapat
diproses (dengan perlakuan panas) didihkan atau tidak.
DIVERSIFIKASI
SUSU
Penganeka ragaman hasil adalah
strategi menambah atau menciptakan
produk baru yang berbeda dengan produk dasarnya :
1. Mentega
(butter), yakni krim atau lemak susu yang diolah dengan cara diputar atau
diaduk dalam tong susu.
2. Keju,
yakni susu ditambah rennin (enzim di dalam lambung anak hewan mamalia) dengan
cara dibekukan.
3. Yoghurt,
yakni susu ditambah starter berupa bakteri Lactobacillus bulgaricus dan
Streptococcus thermophillus. Bakteri ini membuat rasa enak dan mempermudah usus
dalam mencernanya.
4. Kefir
atau susu ditambah yeast (ragi) dan bakteri asam laktat.
5. Dali
atau susu ditambah papain atau enzim papaya yang diambil dari getah papaya yang
dibekukan. Di Sumatera Barat susu ditambah papain kemudian dimasukan ke dalam
bambu untuk fermentasi.
Jadi
kalau hasil produk diversifikasi ini masih mengandung rasa dan bau dari bahan
dasarnya dalam hal ini susu maka produk tersebut bisa dikatakan produk
diversifikasi susu yang gagal.
No comments for "Karakteristik Susu"
Post a Comment