Keseimbangan Energi
KESEIMBANGAN
ENERGI
Energi dibutuhkan oleh setiap sel dalam tubuh
untuk mempertahankan kehidupannya dan melaksanakan fungsinya dengan baik.
Sumber energi berasal dari makanan yang dimakan, diserap, dan kemudian diolah
oleh tubuh.
Keseimbangan energi penting untuk
mempertahankan berat badan yang sehat. Keseimbangan energi juga berarti
menyesuaikan semua makanan dan minuman ke dalam gaya hidup sehat yang aktif,
termasuk mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan beraneka ragam dalam
jumlah yang mencukupi kebutuhan, serta melakukan aktivitas fisik secara
teratur.
TERMODINAMIKA
Hukum pertama termodinamika menyatakan bahwa
“total energi di dunia adalah konstan, energi tidak dapat diciptakan maupun
dihancurkan.” Oleh karena itu, semua
energi yang ikut andil dalam hidup kita dapat dihitung dengan persamaan sebagai
berikut :
Energi Tubuh
= Energi masuk - Energi Keluar
Energi masuk merupakan energi yang berasal
dari makanan yang dimakan yang merupakan sumber energi. Energi didapatkan dari
ikatan kimia pada makanan yang diuraikan untuk kemudian digunakan dalam bentuk
ikatan fosfat berenergi tinggi pada ATP. Energi ini dapat digunakan untuk
melakukan kerja biologis atau disimpan di dalam tubuh untuk kebutuhan nanti.
Energi keluar merupakan jumlah energi yang
dikeluarkan oleh tubuh, yang merupakan kombinasi antara kerja dan panas yang
dilepaskan ke lingkungan. Persamaan untuk energi keluar sebagai berikut :
Energi
Keluar = Kerja + Panas yang dilepaskan
Kerja dapat dibagi dua yaitu kerja eksternal
dan kerja internal. Kerja eksternal merupakan energi yang dikeluarkan saat otot
rangka berkontraksi untuk menggerakkan objek eksternal atau menggerakkan tubuh
terhadap lingkungan, sedangkan kerja internal merupakan pengeluaran energi
biologis yang tidak berhubungan dengan kerja mekanik di luar tubuh. Kerja
internal mencakup dua tipe aktivitas yaitu kerja otot rangka selain kerja
mekanik, seperti postural dan menggigil, dan energi untuk mempertahankan hidup,
seperti kerja jantung dan bernapas, yang biasa juga disebut “metabolic cost of
living”.
Tidak semua energi yang keluar tubuh
merupakan suatu kerja. Energi keluar yang tidak digunakan untuk mendukung kerja
merupakan panas yang dilepaskan atau energi termal. Dari total energi yang
masuk ke dalam tubuh, sekitar 75% menjadi panas dan hanya 25% yang dimanfaatkan
untuk bekerja. Akan tetapi panas yang dihasilkan tersebut tidak sia-sia, karena
sebagian besarnya digunakan untuk mempertahankan temperatur tubuh.
Terdapat
tiga kemungkinan bentuk keseimbangan energi, antara lain:
1. Keseimbangan
Energi Netral
Keseimbangan yang terjadi apabila energi yang
masuk ke dalam tubuh sama persis dengan energi yang keluar. Pada kondisi ini
berat badan akan tetap.
2. Keseimbangan
Energi Positif
Keseimbangan yang terjadi apabila jumlah
energi yang masuk tubuh lebih besar daripada energi yang keluar. Energi yang
masuk ke dalam tubuh dan tidak digunakan akan disimpan di dalam tubuh, terutama
sebagai jaringan adiposa, sehingga berat badan bertambah.
3. Keseimbangan
Energi Negatif
Keseimbangan yang terjadi apabila jumlah
energi yang masuk tubuh lebih kecil daripada energi yang keluar. Kondisi ini
mengakibatkan tubuh harus menggunakan energi cadangannya untuk memenuhi
kebutuhan aktivitas, sehingga berat badan akan berkurang.
METABOLISME
Metabolisme merujuk pada semua reaksi kimia
dan energi yang terjadi di dalam tubuh. Pemecahan nutrisi yang masuk ke tubuh
disebut katabolisme, yang dapat membebaskan energi untuk kemudian disimpan.
Penyimpanan energi tersebut selain dalam bentuk ATP juga dapat berbentuk
molekul kompleks karbohidrat, protein, dan lemak yang prosesnya membutuhkan
energi dan disebut anabolisme.
Metabolisme dapat ditinjau dari dua segi
antara lain metabolisme materi atau intermedier dan metabolisme energi.
Metabolisme intermedier merupakan perubahan bahan-bahan dalam tubuh selama
proses kehidupan, sedangkan metabolisme energi adalah pertukaran energi seperti
yang telah dibahas di konsep energi di bagian sebelumnya.
LAJU
METABOLIK
Laju metabolik adalah laju dipergunakannya
energi oleh tubuh baik untuk kerja eksternal maupun internal. Laju metabolik
secara normal dinyatakan sebagai laju panas yang dibebaskan selama terjadinya
pelbagai reaksi kimia di semua sel tubuh. Laju metabolik dapat dirumuskan
melalui persamaan berikut :
Laju
Metabolik = Energi Keluar : Satuan Waktu
Oleh karena kebanyakan energi keluar tampak
sebagai panas, maka untuk perhitungannya digunakan satuan panas, yaitu kalori
(cal) atau kilokalori (1000 x kalori; kcal). Energi yang dihasilkan oleh
oksidasi karbohidrat dan protein adalah 4 kcal/g, sedangkan dari lemak adalah 9
kcal/g.
Laju metabolik dapat diukur dengan mengukur
jumlah total panas yang dihasilkan tubuh dalam kurun waktu tertentu. Pengukuran
total panas tubuh secara langsung (kalorimeter langsung) sangat sulit
dilakukan, oleh karena itu digunakan beberapa metode tidak langsung
(kalorimeter tidak langsung). Salah satu metode tidak langsung yang sering
dilakukan adalah mengukur laju pemakaian oksigen. Metode ini dilakukan karena
metabolisme pembentukan ATP paling efisien dilakukan dengan menggunakan
oksigen. Persamaan kimianya adalah sebagai berikut :
C6H12O6
+ O2 + ADP + Pi CO2
+ H2O + ATP
Banyak studi yang menyatakan bahwa jumlah
energi yang dibebaskan per liter konsumsi oksigen tubuh pada diet biasa adalah
sekitar 4,5 - 5 kcal. Angka tersebut disebut juga ekivalen energi oksigen.
Menggunakan ekivalen ini, dapat ditentukan dengan ketepatan tinggi laju panas
yang dikeluarkan tubuh berdasarkan jumlah oksigen yang digunakan dalm kurun
waktu tertentu.
Selain menggunakan “ekivalen energi oksigen,”
dapat juga digunakan metode lain untuk mengukur laju metabolik yaitu dengan
mengukur produksi karbon dioksida (CO2). Dasar dari metode ini adalah konsumsi
oksigen dalam kondisi aerob yang merupakan kondisi efisien untuk menghasilkan
ATP selalu menghasilkan karbon dioksida. Metode ini disebut juga respiratory
quotient (RQ) atau respiratory exchange
ratio (RER). RQ merupakan indeks pemakaian relatif pelbagai bahan makanan oleh
tubuh.4 Rasio pada metode ini adalah perbandingan antara CO2 dan oksigen yang
berbeda untuk setiap diet (CO2/O2). RQ ditentukan oleh jenis makanan dan
proporsinya serta bervariasi untuk setiap nutrien yaitu 1,0 untuk karbohidrat,
0,8 untuk protein, dan 0,7 untuk lemak. Terdapat faktor lain yang mempengarui
RQ selain dari makanan, yaitu dari keadaan tubuh antara lain hiperventilasi,
hipoventilasi, asidosis metabolik dan alkalosis metabolik.
LAJU METABOLIK BASAL / BASAL
METABOLIC RATE (BMR)
BMR adalah pengeluaran energi minimal yang
dibutuhkan oleh tubuh untuk bertahan hidup. BMR merupakan suatu ukuran laju
metabolik jaringan tanpa bergantung pada faktor luar tubuh, sehingga bisa
dikatakan bahwa BMR merupakan laju pemakaian energi di tubuh dalam keadaan
istirahat seseorang yang berada dalam kondisi sadar. BMR normal untuk pria muda
adalah sekitar 60 kcal/jam, sedangkan wanita muda sekitar 53 kcal/jam. Penghitungan
BMR dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
V = (p /
273) × 273/(273 + t) × Vu
Keterangan :
p = tekanan barometer tempat pemeriksaan
t = suhu alat
Vu = volume O2 yang diukur
Berdasarkan studi didapatkan bahwa RQ pada
kondisi BMR adalah 0,82 = 4.825 kalori. Jadi kalori yang digunakan sebagai
berikut : BMR = V x 4.825 kalori/jam.
Setiap pasien memiliki ukuran tubuh yang
berbeda, untuk menyesuaikan dengan ukuran tubuhnya, maka bisa dihitung juga
metabolisme basal per luas permukaan tubuh. Persamaannya sebagai berikut :
BMR/luas
permukaan tubuh = BMR/luas permukaan tubuh = kalori/m2/jam
BMR dan laju metabolik dipengaruhi oleh
banyak faktor, antara lain :
1. Usia dan
Jenis Kelamin
Perbedaan BMR berdasarkan jenis kelamin
terjadi karena pria memiliki lebih banyak lean muscle mass dan lebih sedikit
jaringan lemak. Laju metabolik akan menurun seiring bertambahnya usia yang
dimungkinkan juga karena menurunnya lean muscle mass seiring bertambahnya usia.
2. Jumlah lean
muscle mass
Otot mengonsumsi oksigen lebih banyak
dibandingkan jaringan lemak, sehingga BMR orang yang memiliki lebih banyak lean
muscle mass akan lebih tinggi dibandingkan orang yang lebih banyak memiliki
jaringan lemak.
3. Tingkat
aktivitas
Aktivitas fisik dan kontraksi otot akan
meningkatkan laju metabolik meningkat menjauhi BMR, sedangkan aktivitas fisik
ringan akan menurunkan laju metabolik.
4. Diet
Laju metabolik akan meningkat setelah makan,
fenomena ini disebut juga diet-induced thermogenesis atauspecific dynamic action
atau efek termik makanan. Kondisi ini terjadi karena terdapat energi yang
digunakan untuk mencerna makanan. Akan tetapi kondisi ini juga dapat disebabkan
oleh efek stimulatorik asam amino yang berasal dari protein makanan yang
tercerna pada proses-proses kimia di dalam sel. Setiap tipe nutrisi berbeda
jumlah produksi panasnya, antara lain protein 30%, lemak 4%, dan karbohidrat
6%.
5. Hormon
BMR akan meningkat akibat kerja hormon tiroid
dan katekolamin (epinefrin dan norepinefirn).
6. Genetik
Terdapat orang dengan metebolisme efisien
dimana nutrisi yang diserap akan lebih banyak diubah menjadi energi untuk
disimpan di dalam tubuh. Akan tetapi terdapat juga orang dengan metabolisme
yang kurang efisien dimana lebih banyak energi yang berubah menjadi energi panas
dibandingkan diubah menjadi energi yang dapat disimpan didalam tubuh.
Pengaturan
Suhu Tubuh
Suhu jaringan dalam tubuh (dibawah kulit dan
lapisan subkutan) atau suhu inti atau core temperature akan tetap konstan dalam
kisaran ± 0,6 oC meskipun suhu lingkungan berfluktuasi. Suhu pada permukaan
kulit disebut juga shell temperature. Kondisi tersebut disebabkan karena
manusia merupakan makhluk homoioterm. Suhu tubuh normal adalah 37,1 oC dengan
rentangan 35,5-37,5 oC. Suhu inti yang terlalu tinggi dapat membunuh manusia
karena denaturasi protein, begitu juga dengan yang terlalu rendah yang dapat
menginduksi aritmia jantung. Suhu inti dapat bervariasi pada setiap individu
tergantung beberap faktor antara lain jam biologis, siklus menstruasi pada
wanita, olahraga, usia, dan paparan pada suhu ekstrim.
Pengaturan suhu dilakukan dengan
mengendalikan keseimbangan antar produksi dan pengeluaran panas yang merupakan
produk sampingan metabolisme. Sebagian besar panas tubuh dihasilkan di jaringan
dalam tubuh, sehingga core temperature cenderung lebih tinggi dibandingkan
shell temperature. Pemindahan panas dilakukan dari dalam ke luar tubuh sehingga
lajunya tergantung dari kecepatan konduksi panas ke kulit dan dan dari kulit ke
lingkungan. Aliran darah ke kulit dari bagian tengah tubuh juga membantu proses
pemindahan panas dan berpengaruh terhadap pengeluaran panas tubuh.
Perpindahan
Panas
Perpindahan panas pada manusia dari kulit ke
lingkungan atau sebaliknya dapat terjadi melalui mekanisme sebagai berikut :
1. Radiasi
Radiasi menyebabkan perpindahan panas dalam
bentuk berkas inframerah. Perpindahan panas ini disebabkan karena semua benda
bersuhu diatas nol mutlak akan mengeluarkan gelombang inframerah ke segala
arah. Sekitar 60% panas tubuh keluar melalui radiasi.
2. Konduksi
Pengeluaran panas secara konduksi terjadi
melalui kontak langsung antara kulit dengan suatu benda. 3% akibat kontak
dengan benda lain dan 15% akibat kontak dengan udara.
3. Konveksi
Pengeluaran panas secara konveksi terjadi
karena gerakan udara. Udara yang telah dipanaskan secara konduksi oleh kulit
akan naik ke atas dan digantikan oleh lapisan udara baru yang belum
dihangatkan.
4. Penguapan
atau evaporasi
Perpindahan panas secara penguapan terjadi
dengan menguapnya air akibat panas yang berasal dari suhu tubuh. Sewaktu air
menguap, 0,58 kalori panas tubuh hilang untuk setiap gram air. Pengeluaran
panas secara evaporasi dapat terjadi secara pasif (insensible perspiration) dan
aktif yaitu dalam bentuk berkeringat yang dirangsang oleh sistem saraf
simpatis. Pengeluaran panas melalui penguapan sangat penting bila suhu
lingkungan mendekati atau sama dengan suhu tubuh karena saat itu pengeluaran
melalui radiasi jauh berkurang.
Pengaturan
Suhu Tubuh – Peran Hipotalamus
Hipotalamus berperan sebagai sensor suhu yang
peka yaitu di daerah preoptik-hipotalamus anterior. Pada daerah tersebut banyak
terdapat neuron peka-panas, sedangkan neuron peka dingin banyak terdapat
disubstansi retikular otak tengah. Terdapat suatu setpoint suhu yaitu 37,1 oC.
Jika pusat suhu mendeteksi suhu tubuh terlalu panas atau dingin, maka akan
diaktifkan prosedur untuk menurunkan atau menaikkan suhu. Selain itu, terdapat
juga reseptor suhu di tempat lain yaitu di kulit dan di dalam tubuh, yaitu di
sekitar abdomen dan medula spinalis.
Mekanisme untuk menurunkan suhu yang dapat
dilakukan oleh tubuh yakni sebagai berikut :
1. Vasodilatasi
pembuluh darah
Vasodilatasi pembuluh darah di kulit dapat
memperbanyak aliran darah dari dalam tubuh menuju kulit sehingga akan makin
banyak panas yang dilepaskan ke lingkungan. Melalui vasodilatasi, pengeluaran
panas dapat ditingkatkan hingga 8 kali kondisi normal.
2. Berkeringat
Berkeringat meningkatkan laju pengeluaran
panas melalui evaporasi.
3. Inhibisi
kuat mekanisme yang meningkatkan produksi panas
Tubuh akan menghambat mekanisme yang dapat
memproduksi panas seperti menggigil dan termogenesis kimiawi.
Mekanisme untuk menaikkan suhu yang dapat
dilakukan oleh tubuh yakni sebagai berikut :
1. Vasokonstriksi
pembuluh darah
Vasokonstriksi pembuluh darah di kulit dapat
mengurangi aliran darah menuju kulit sehingga makin sedikit panas yang dilepas
ke lingkungan.
2. Piloereksi
Piloereksi adalah berdirinya rambut di tubuh
untuk menahan udara yang berkontak dengan kulit sehingga akan terbentuk lapisan
udara hangat yang berfungsi sebagai insulator. Mekanisme ini terutama bekerja
pada hewan, sedangkan pada manusia kurang efektif karena rambu relatif jarang
tumbuh.
3. Peningkatan
pembentukan panas oleh sistem metabolic
Contoh pembentukan panas yang ditingkatkan
adalah eksitasi produksi panas oleh persarafan simpatis, meningkatnya sekresi
tiroksin, dan menggigil. Menggigil diatur oleh pusat menggigil yang terdapat
didorsomedial hipotalamus posterior yang dirangsang oleh perubahan suhu tubuh.
AKLIMATISASI
DAN AKLIMASI
Aklimatisasi adalah adapatasi proses
fisiologis terhadap berbagai keadaan lingkungan yang terjadi secara alamiah. Apabila
ditinjau dari segi suhu, aklimatisasi dapat dibagi dua yaitu terhadap kondisi
panas dan dingin. Caranya dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan
berulang-ulang pada suhu tersebut selama 1 bulan.
Aklimatisasi terhadap panas terbagi menjadi
tiga fase antara lain fase adaptasi awal (1-5 hari), maksimum (5-8 hari), dan
adaptasi penuh (14 hari). Aklimatisasi tercapai apabila toleransi kerja
meningkat, suhu badan naik sedikit, dan pengeluaran keringat meningkat dengan
konsentrasi Na+ berkurang akibat sekresi aldosteron yang meningkat.
Aklimatisasi terhadap suhu dingin tercapai apabila laju metabolisme meningkat,
kemampuan tubuh sebagai insulator meningkat dengan bertambahnya jaringan
adiposa tubuh, dan mampu menahan suhu dingin tanpa menggigil.
Aklimasi merupakan proses adaptasi yang
terjadi secara artifisial atau di dalam laboratorium. Aklimasi awal terjadi
pada waktu 1-4 hari dan tercapai sepenuhnya setelah 10 hari.
No comments for "Keseimbangan Energi"
Post a Comment