Karakteritik, Pencernaan, dan Metabolisme Vitamin
SEJARAH
VITAMIN
Sebelum abad ke dua
puluh, karbohidrat, lemak, protein, dan beberapa zat mineral telah dianggap
sebagai zat-zat makanan yang dibutuhkan untuk fungsi tubuh normal. Akan tetapi
berabad-abad sebelumnya, berbagai pengamatan menduga bahwa senyawa-senyawa
organik lainnya adalah esensial untuk menjaga kesehatan. Sebagai misal telah
diketahui selama 300 tahun, bahwa dengan makan buah-buahan dan sayur-sayuran
segar ternyata berguna untuk pencegahan atau pengobatan scorbut (sariawan).
Juga telah diakui, bahwa rakhitis dapat disembuhkan dengan minum minyak ikan.
Pengamatan-pengamatan tersebut menimbulkan dugaan, bahwa ada senyawa-senyawa
zat makanan lain diperlukan untuk menjaga kesehatan di samping karbohidrat,
lemak atau protein.
Pada tahun 1912,
Funk, seorang sarjana biokimia bangsa Polandia yang bekerja di London untuk
pertama kali memperkenalkan istilah vitamin (amine yang vital) yang kemudian
terkenal dengan nama vitamin (dari bahasa Latin, vital yang berarti hidup),
untuk menandakan kelompok dari senyawa-senyawa organik tersebut.
PENGERTIAN
VITAMIN
Vitamin adalah
molekul organik yang di dalam tubuh mempunyai fungsi yang sangat bervariasi.
Fungsi vitamin dalam metabolisme yang paling utama adalah sebagai kofaktor. Di
dalam tubuh diperlukan dalam jumlah sedikit (micronutrient). Biasanya tidak
disintesis di dalam tubuh, jika dapat disintesis jumlahnya tidak mencukupi
kebutuhan tubuh, sehingga harus diperoleh dari makanan atau diet.
Vitamin dalam arti
luas adalah senyawa organik, bukan karbohidrat, lemak maupun protein, yang
memiliki peranan vital uutuk berjalannya fungsi tubuh yang normal, meskipun
dibutuhkan dalam jumlah kecil. Vitamin adalah zat gisi yang sangat dibutuhkan
oleh tubuh, karena berperan mambantu proses metabolisme tubuh yang normal.
Beberapa vitamin tidak dapat dibuat tubuh dalam jumlah cukup, sehingga harus
dilengkapi dari bahan pangan, kecuali vitamin D. Defisiensi vitamin tertentu
akan menyebabkan berkembangnya suatu sindrome yang spesifik untuk tiap-tiap
vitamin. Beberapa vitamin tidak diperlukan dalam diet, dikarenakan
vitamin-vitamin tersebut dapat disintesis sendiri dengan bantuan mikroflora
usus.
Adanya vitamin dalam
bahan makanan belum merupakan suatu jaminan bahwa suatu defisiensi dari vitamin
tersebut tidak timbul, karena mungkin ada faktor-faktor lain yang terdapat
dalam diet yang menghalangi pemanfaatannya oleh tubuh, misalnya proses
absorbsinya di dalam usus. Telah diketahui bahwa pengobatan secara
terus-menerus dengan parafin cair dapat menghalangi penyerapan karoten, karena
parafin melarutkan senyawa karoten dan membentuk suatu larutan yang tidak dapat
diserap oleh mukosa usus, maka akan timbul gejala defisiensi vitamin A.
Merupakan fakta yang jelas juga bahwa terlalu banyak minyak ikan dalam diet
akan menimbulkan defisiensi vitamin E dalam waktu singkat dengan akibat
degenerasi otot. Infeksi usus ada hubungannya dengan penyerapan vitamin A dan
penggunaannya. Gangguan hidrolisis lemak dan penyerapannya secara otomatis
mempengaruhi penyerapan semua vitamin yang larut dalam lemak.
Di bidang
peternakan, dewasa ini sebagian vitamin dapat dihasilkan secara sintetik dan
penggunaan penentuan secara kimiawi makin meningkat. Vitamin-vitamin sintetik
tersebut sama efektifnya seperti dari sumber-sumber alam dan lebih disukai
karena kualitas standarnya, garansi potensinya, dan stabilitasnya.
Vitamin-vitamin sintetik memungkinkan formulasi ransum yang fleksibel, sesuai
dengan kebutuhan setempat dan penggunaan ekonomisnya. Bentuk-bentuk stabilitas
vitamin A, D, dan E dapat diperoleh di pasaran. Vitamin dapat diberikan terdiri
dalam konsentrasi tinggi atau sebagai premiks yang berpotensi rendah dalam
kombinasi dengan zat-zat makanan aktif lainnya, seperti zat-zat mineral,
antibiotika dan lain-lain. Bila hanya tersedia sumber-sumber vitamin alami,
maka perlu diperhatikan bahwa konsentrasi vitamin-vitamin tersebut dalam bahan
makanan dapat bervariasi luas dengan musim, panenan dan kondisi penyimpanan.
Nilai hayati vitamin dapat berkurang atau hilang akibat terdapatnya zat-zat
antagonis dalam sumber-sumber vitamin alam tersebut. Vitamin A, D3, E,
riboflavin, dan B12 perlu mendapat perhatian khusus. Akan tetapi jumlah kholin,
asam nikotinat dan kadangkala asam pantothenat yang tidak mencukupi dapat
dijumpai dalam berbagai ransum, terutama pada ransum-ransum yang tidak
mengandung protein hewan.
Pada ternak, daun
hijau leguminosa dan rumput diketahui merupakan sumber vitamin yang baik,
terutama karoten. Pada manusia, vitamin yang alami bisa didapat dari sayur,
buah dan produk hewani.
Pada umumnya,
vitamin-vitamin ditemukan berkaitan dengan adanya pengaruh biologis yang
menarik bagi seorang peneliti, sedangkan sifat-sifat kimianya dipelajari
kemudian. Pembedaan nama vitamin yang satu dengan lainnya didasarkan dengan
huruf, yang kadang-kadang disertai dengan nomor-nomor subskrip. Pada beberapa
hal, untuk beberapa vitamin, sistem ini tetap dipakai, walaupun sifat-sifat
kimianya telah ditemukan kemudian, di lain pihak, nama umum tersebut segera
dirubah karena terminologi vitamin tidak lagi diterima dengan baik. Oleh karena
itu, di dalam praktek, nama vitamin dan nama kimianya tetap dipakai, walaupun
untuk beberapa seri, terminologi kimianya dibuang, diganti dengan nama lain.
Dalam “tentative rules” (1970), tentang pemberian nama vitamin dan zat-zat yang
berhubungan dengannya dinyatakan bahwa nama umum vitamin penting, terutama
untuk membawahi suatu grup zat-zat organik yang essensial. Pemberian nama
dengan huruf masih penting, sekurang-kurangnya untuk para ahli nutrisi.
Jenis dan jumlah
vitamin dalam masing-masing bahan pangan sangat bervariasi. Secara umum dapat
dikatakan bahwa bahan pangan dari hewan, seperti daging, telur, susu dan hati,
mengandung hampir semua jenis vitamin yang telah diketahui dan jumlahnya
relatif tinggi, sedangkan pada biji-bijian, misalnya jagung dan umbi-umbian,
misalnya ubi kayu, mengandung hanya sedikit sampai cukup saja.
KLASIFIKASI
VITAMIN
Secara klasik, berdasarkan
kelarutannya, vitamin digolongkan dalam dua kelompok, yaitu :
1.
vitamin yang larut dalam lemak. Beberapa
vitamin larut lemak adalah vitamin A, D, E, dan K, yang hanya mengandung unsur-
unsur karbon, hidrogen dan oksigen.
2.
vitamin yang larut dalam air, karena
yang pertama dapat diekstraksi dari bahan makanan dengan pelarut lemak dan yang
terakhir dengan air. Vitamin yang larut dalam air terdiri atas asam askorbat
(C) dan B-komplek (B1 sampai B12), yang selain mengandung unsur-unsur karbon,
hidrogen, oksigen, juga mengandung nitrogen, sulfur atau kobalt.
Vitamin yang larut dalam lemak, yaitu
A, D, E dan K, memiliki sifat-sifat umum, antara lain :
1.
tidak terdapat di semua jaringan;
2.
terdiri dari unsur-unsur karbon,
hidrogen dan oksigen;
3.
memiliki bentuk prekusor atau
provitamin;
4.
menyusun struktur jaringan tubuh;
5.
diserap bersama lemak;
6.
disimpan bersama lemak dalam tubuh;
7.
diekskresi melalui feses;
8.
kurang stabil jika dibandingkan
vitamin B, dapat dipengaruhi oleh cahaya, oksidasi dan lain sebagainya.
Vitamin yang larut dalam air memiliki
sifat-sifat umum, antara lain :
1.
tidak hanya tersusun atas unsur-unsur
karbon, hidrogen dan oksigen;
2.
tidak memiliki provitamin;
3.
terdapat di semua jaringan;
4.
sebagai prekusor enzim-enzim;
5.
diserap dengan proses difusi biasa;
6.
tidak disimpan secara khusus dalam
tubuh;
7.
diekskresi melalui urin;
8.
relatif lebih stabil, namun pada
temperatur berlebihan menimbulkan kelabilan.
FUNGSI
VITAMIN
Beberapa vitamin
berfungsi langsung dalam metabolisme penghasilan energi Jalur metabolisme yang
menghasilkan energi untuk mendukung kerja sel diantaranya adalah glikolisis,
siklus kreb, transport elektron, dan β oksidasi.
METABOLISME
VITAMIN
Vitamin yang larut
lemak atau minyak, jika berlebihan tidak dikeluarkan oleh, tubuh, melainkan
akan disimpan. Sebaliknya, vitamin yang larut dalam air, yaitu vitamin B
kompleks dan C, tidak disimpan, melainkan akan dikeluarkan oleh sistem
pembuangan tubuh. Akibatnya, selalu dibutuhkan asupan vitamin tersebut setiap
hari. Vitamin yang alami bisa didapat dari sayur, buah dan produk hewani.
Seringkali vitamin yang terkandung dalam makanan atau minuman tidak berada
dalam keadaan bebas, melainkan terikat, baik secara fisik maupun kimia. Proses
pencernaan makanan, baik di dalam lambung maupun usus halus akan membantu
melepaskan vitamin dari makanan agar bisa diserap oleh usus. Vitamin larut
lemak diserap di dalam usus bersama dengan lemak atau minyak yang dikonsumsi.
Vitamin diserap oleh
usus dengan proses dan mekanisme yang berbeda. Terdapat perbedaan prinsip
proses penyerapan antara vitamin larut lemak dengan vitamin larut air. Vitamin
larut lemak akan diserap secara difusi pasif dan kemudian di dalam dinding usus
digabungkan dengan kilomikron (lipoprotein) yang kemudian diserap sistem
limfatik, baru kemudian bergabung dengan saluran darah untuk ditransportasikan
ke hati. Sedangkan vitamin larut air langsung diserap melalui saluran darah dan
ditransportasikan ke hati. Proses dan Mekanisme Penyerapan Vitamin dalam Usus
Halus :
1.
Vitamin A, D, E, K dan beta-karoten :
Dari micelle, secara difusi pasif, digabungkan dengan kilomikron, diserap
melalui saluran limfatik.
2.
Vitamin C : Difusi pasif (lambat)
atau menggunakan Na+(cepat)
3.
Vitamin B1 (Tiamin) : Difusi pasif
(apabila jumlahnya dalam lumen usus sedikit), dengan bantuan Na+ (bila
jumlahnya dalam lumen usus banyak).
4.
Vitamin B2 (Riboflavin) : Difusi
pasif
5.
Niasin : Difusi pasif (menggunakan
Na+)
6.
Vitamin B6 (Piridoksin) : Difusi
pasif
7.
Folasin (Asam Folat) : Menggunakan
Na+
8.
Vitamin B12 : Menggunakan bantuan
faktor intrinsik (IF) dari lambung.
No comments for "Karakteritik, Pencernaan, dan Metabolisme Vitamin"
Post a Comment